Selasa, 04 Agustus 2015

Aku bukan lagi aku.
Bukan lagi aku yang memuja.
Dan kamu bukan lagi kamu.
Bukan lagi orang kupuja.
Kita pernah melewati ini.
Pertengkaran - pertengkaran besar, yang nyaris merobohkan tiang-tiang penyangga hati.
Berulang kali diperbaiki, namun seperti barang rusak lainnya yang jika diperbaiki, tidak akan bisa kembali seperti semula.
Mungkin lama kelamaan akan rusak dan tak terpakai lagi.
Pertengkaran kali ini, aku tidak akan menghadapimu dengan cara yang sama.
Takkan berlari untuk mengejar, atau meminta maaf lalu menangis untuk meluluhkan.
Aku merasa benar, kau pun begitu.
Ayoolah bersikap biasa saja, karena aku pun telah melupakan.
Karena untuk kali ini lebih mudah untuk mengabaikanmu.
Ayooolah berbaikan saja, toh tidak ada ruginya bagimu.
Hatimu sakit, aku pun juga demikian.
Kita telah mendapatkan bagian kita masing-masing bukan?

Kamis, 18 Juni 2015

Dulu Sekarang

Mungkin aku tak terampil, dalam menguntai kata untuk menerjemahkan rasa.
Aku hanya bisa membayangkan, tanpa bisa berharap untuk memelukmu.
Karena aku tahu, harap itu akan berakhir seperti dulu.
Mati rasa. Ya ku mati rasa sejak tidak mencintaimu lagi.

Namun, kini entah seperti apa akan kuungkapkan rasa tentangmu.
Apa perlu kujelaskan, seberapa tenang saat bersamamu ?
Tak ada sedikitpun rasa takut, karena aku yakin tak ada yang bisa mengalahkanmu.
Tak akan ada yang berani menganggumu.
Entah bagaimana atmosfer rasa aman begitu melekat.
Apa perlu kujelaskan, seberapa mengagumkan rasa percaya dirimu?
Ah kurasa tidak perlu, aku yakin kau pun menyadarinya.

Mungkin saat ini rasa untuk memilikimu ada lagi.
Tapi ini tak menggebu seperti dulu.
Tak seobsesif dulu.
Aku lebih pasrah, berusaha pun tidak.
Hanya mencoba tampil dengan sikap yang lebih baik.
Mencoba menjadi aku yang lebih baik.

Senin, 16 Februari 2015

8-14 Februari 2015, Posko 2 Desa Puteran Kecamatan Cikalong Wetan

Hari itu,
Kami pergi ke sebuah tempat.
Hanya tau nama, tapi tak terbayang seperti apa.
Pergi dengan segala kekhawatiran dan keluh kesah.
Takut dengan apa yang akan dihadapi nanti.
Awalnya tak saling kenal, tak saling sapa.
Namun beberapa hari bersama membuat semuanya berubah.
Keadaan yang tadinya dingin kini berubah hangat.
Kini tawa itu mulai terdengar.
Semua cerita itu menjadi kisah dimana hanya kami yang tau dan mengerti.
Seperti kisah pertemuan lainnya, selalu terselip kata berpisah disana.
Seperti kisah perpisahan lainnya, selalu ada tangis yang mengiringi.
Bukan karena kami ingin berpisah, hanya saja waktu tak berpihak pada kami.
Tawa kami ditempat ini, akan menjadi sebuah kerinduan yang terasa dalam diri.
Trimakasih abah, umi.
Trimakasih masyarakat desa puteran.
Trimakasih murid-murid kami.
Dan trimakasih untuk kalian yang menjadi bagian dalam mengukir kisah indah disepetak tanah merah.
Selamat tinggal, dan sampai jumpa kawan.

Pria Aneh

Aku tidak berubah. Kau pun juga masih sama. Awalnya semua berjalan baik. Perkenalan kita, obrolan kita, humor kita, semua terasa pas dih...